Oleh : Jro Mangku Made Sudiada (Serang)
SAKING TUHU MANAH GURU
MITUTURIN CENING JANI
KEWRUHAN LWIR SANJATA
NE DADIPRABOTANG SAI
KE ANGGEN NGERURUH AMRETE
SE-ENUN CENINGE MAURIF
Dari hati seorang Guru yang paling dalam
Sekarang ini Guru Memberikan nasehat tuk mu
Pengetahuan adalah senjata yang paling ampuh
Yang bisa dipakai keseharianmu
Sebagai senjata tuk menjalankan profesimu
Engkau gunakan selama hayat masih dikandung badan
Rasanya tembang sederhana dipedesaan seperti ini begitu menyentuh, ketika kakek kelawan I Nenek, mengusap-usap rambut cucunya dengan tangannya yang sudah penuh keriput, sambil membelitkan kain batik yang sudah lusuh untuk mengurangi berat beban cucunya karena tangannya sudah terlalu rapuh untuk menyangga beban yang berat.
Dari sudut matanya yang sudah keliatan lamur, namun masih tetap bergulir
airmatanya memanjatkan doa kepada Hyang Moho Suci, diakhir dari tembangnya ditujukan kepada cucu kesayangannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang berguna, sanggup untuk menyinari “KULAWANDU MANAWA” sambil berharap. “TEHERANG RAGAN I-DEWA SAMPUNANG OBAH” ajegkanlah Hindu, karena lewat engkaulah kakek dan Nenek untuk mewali punarbawa nunas penglugrahan penebusan dosa, mewali
manumadi untuk mempebaiki tugas kami yang belum tuntas dalam kehidupan sekarang.
Sane mangkin minabang kakek lan dan nenkmu masih menempuh jalan Daksina yana kelahiran yang berulang, sampai akhirnya pencerahan itu datang pada Pekak & nenek mendapatkan pencerahan yang cuckup dumogi mresidayang menempuh jalan Utarayana mewali menunggal Kaula kelawan Igusti, ( Sang Sangkan Paraning Dumadi).
Agak aneh setelah usai gending gending itu dilantunkan mendadak senyum kedamaian menghias bibir Kakek, dan nenek, entah rasa kepuasan apa yang dirasakan setelah menciumi kening cucu cucu kesayanganya tertidur pulas ……Hemm…sebening embun pagi, sebersih salju, bila kuusap rambutmu …permata hatiku.
Seni membuat hidup ini demikian indah sehingga bergairah, IPTEK membuat hidup kita semakin mudah dan…Agama menjadikan hidup kita lebih terarah.
Tumpek Landep Memuja Sang Hyang Pasupati, Pertajam IdepUMAT Hindu kembali merayakan rerahinan Tumpek Landep, Sabtu Kliwon Wuku Landep (7 Mei 2011) hari ini Sanicara Kliwon uku landep. Pada Tumpek Landep, umat Hindu memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kecerdasan atau ketajaman pikiran sehingga mampu menciptakan teknologi atau benda-benda yang dapat mempermudah dan memperlancar hidup, seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer (laptop) dan sebagainya.
Tetapi dalam konteks itu umat bukanlah menyembah mobil, komputer, tetapi memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar benda-benda tersebut betul-betul dapat berguna bagi kehidupan manusia.
Landep dalam Tumpek Landep memiliki pengertian lancip. Secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut dulunya difungsikan sebagai senjata hidup untuk menegakkan kebenaran. Secara sekala, benda-benda tersebut diupacarai dalam Tumpek Landep.
Tumpek Landep dalam konsept kekinian, senjata lancip itu sudah meluas. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya.
Benda-benda itulah yang diupacarai. Namun harus disadari, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi, tetapi umat memohon kepada Sang Hyang Widdhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup.
Dalam pengertian, bahwa umat patut bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kemampuan atau ketajaman pikiran sehingga mampu enciptakan aneka benda atau teknologi yang dapat mempermudah hidup.
Sementara dalam kaitan dengan buana alit (diri manusia), Tumpek Landep itu sesungguhnya momentum untuk selalu menajamkan pikiran (landeping idep), menajamkan perkataan (landeping wak) dan menajamkan perbuatan (landeping kaya).
Ketiga unsur Tri Kaya Parisuda tersebut perlu lebih dipertajam agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Buah pikiran perlu dipertajam untuk kepentingan umat manusia, demikian pula perbuatan dan perkataan yang dapat menenteramkan pikiran atau batin orang lain.
Pikiran kita mesti selalu diasah agar mengalami ketajaman. Ilmu pengetahuanlah alat untuk menajamkan pikiran. Komputer yang diciptakan untuk mempertajam pikiran, hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Internet mesti digunakan untuk mengakses informasi sehingga wawasan dan kecerdasan bertambah, bukan untuk mengunduh yang lain-lain.
Tumpek Landep memiliki nilai filosofi agar umat selalu menajamkan pikiran.
Setiap enam bulan sekali umat diingatkan melakukan evaluasi apakah pikiran sudah selalu dijernihkan atau diasah agar tajam? Sebab, dengan pikiran yang tajam, umat menjadi lebih cerdas, lebih jernih melakukan analisa, lebih tepat menentukan keputusan dan sebagainya.
SAKING TUHU MANAH GURU
MITUTURIN CENING JANI
KEWRUHAN LWIR SANJATA
NE DADIPRABOTANG SAI
KE ANGGEN NGERURUH AMRETE
SE-ENUN CENINGE MAURIF
Dari hati seorang Guru yang paling dalam
Sekarang ini Guru Memberikan nasehat tuk mu
Pengetahuan adalah senjata yang paling ampuh
Yang bisa dipakai keseharianmu
Sebagai senjata tuk menjalankan profesimu
Engkau gunakan selama hayat masih dikandung badan
Rasanya tembang sederhana dipedesaan seperti ini begitu menyentuh, ketika kakek kelawan I Nenek, mengusap-usap rambut cucunya dengan tangannya yang sudah penuh keriput, sambil membelitkan kain batik yang sudah lusuh untuk mengurangi berat beban cucunya karena tangannya sudah terlalu rapuh untuk menyangga beban yang berat.
Dari sudut matanya yang sudah keliatan lamur, namun masih tetap bergulir
airmatanya memanjatkan doa kepada Hyang Moho Suci, diakhir dari tembangnya ditujukan kepada cucu kesayangannya agar kelak tumbuh menjadi anak yang berguna, sanggup untuk menyinari “KULAWANDU MANAWA” sambil berharap. “TEHERANG RAGAN I-DEWA SAMPUNANG OBAH” ajegkanlah Hindu, karena lewat engkaulah kakek dan Nenek untuk mewali punarbawa nunas penglugrahan penebusan dosa, mewali
manumadi untuk mempebaiki tugas kami yang belum tuntas dalam kehidupan sekarang.
Sane mangkin minabang kakek lan dan nenkmu masih menempuh jalan Daksina yana kelahiran yang berulang, sampai akhirnya pencerahan itu datang pada Pekak & nenek mendapatkan pencerahan yang cuckup dumogi mresidayang menempuh jalan Utarayana mewali menunggal Kaula kelawan Igusti, ( Sang Sangkan Paraning Dumadi).
Agak aneh setelah usai gending gending itu dilantunkan mendadak senyum kedamaian menghias bibir Kakek, dan nenek, entah rasa kepuasan apa yang dirasakan setelah menciumi kening cucu cucu kesayanganya tertidur pulas ……Hemm…sebening embun pagi, sebersih salju, bila kuusap rambutmu …permata hatiku.
Seni membuat hidup ini demikian indah sehingga bergairah, IPTEK membuat hidup kita semakin mudah dan…Agama menjadikan hidup kita lebih terarah.
Tumpek Landep Memuja Sang Hyang Pasupati, Pertajam IdepUMAT Hindu kembali merayakan rerahinan Tumpek Landep, Sabtu Kliwon Wuku Landep (7 Mei 2011) hari ini Sanicara Kliwon uku landep. Pada Tumpek Landep, umat Hindu memuja Ida Sang Hyang Widhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kecerdasan atau ketajaman pikiran sehingga mampu menciptakan teknologi atau benda-benda yang dapat mempermudah dan memperlancar hidup, seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer (laptop) dan sebagainya.
Tetapi dalam konteks itu umat bukanlah menyembah mobil, komputer, tetapi memohon kepada Sang Hyang Pasupati agar benda-benda tersebut betul-betul dapat berguna bagi kehidupan manusia.
Landep dalam Tumpek Landep memiliki pengertian lancip. Secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut dulunya difungsikan sebagai senjata hidup untuk menegakkan kebenaran. Secara sekala, benda-benda tersebut diupacarai dalam Tumpek Landep.
Tumpek Landep dalam konsept kekinian, senjata lancip itu sudah meluas. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda hasil cipta karsa manusia yang dapat mempermudah hidup seperti sepeda motor, mobil, mesin, komputer dan sebagainya.
Benda-benda itulah yang diupacarai. Namun harus disadari, dalam konteks itu umat bukanlah menyembah benda-benda teknologi, tetapi umat memohon kepada Sang Hyang Widdhi dalam prebawa-nya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah menganugerahkan kekuatan pada benda tersebut sehingga betul-betul mempermudah hidup.
Dalam pengertian, bahwa umat patut bersyukur kepada Tuhan karena telah diberikan kemampuan atau ketajaman pikiran sehingga mampu enciptakan aneka benda atau teknologi yang dapat mempermudah hidup.
Sementara dalam kaitan dengan buana alit (diri manusia), Tumpek Landep itu sesungguhnya momentum untuk selalu menajamkan pikiran (landeping idep), menajamkan perkataan (landeping wak) dan menajamkan perbuatan (landeping kaya).
Ketiga unsur Tri Kaya Parisuda tersebut perlu lebih dipertajam agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Buah pikiran perlu dipertajam untuk kepentingan umat manusia, demikian pula perbuatan dan perkataan yang dapat menenteramkan pikiran atau batin orang lain.
Pikiran kita mesti selalu diasah agar mengalami ketajaman. Ilmu pengetahuanlah alat untuk menajamkan pikiran. Komputer yang diciptakan untuk mempertajam pikiran, hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Internet mesti digunakan untuk mengakses informasi sehingga wawasan dan kecerdasan bertambah, bukan untuk mengunduh yang lain-lain.
Tumpek Landep memiliki nilai filosofi agar umat selalu menajamkan pikiran.
Setiap enam bulan sekali umat diingatkan melakukan evaluasi apakah pikiran sudah selalu dijernihkan atau diasah agar tajam? Sebab, dengan pikiran yang tajam, umat menjadi lebih cerdas, lebih jernih melakukan analisa, lebih tepat menentukan keputusan dan sebagainya.
3 comments:
Om Swastiastu; Salam kenal, becik-becik driki postingannyane
link http://rare-angon.blogspot.com
hehehe,,,mkasie nike,,, tukeran link yuk!!!
Klopok jang neee sik...........http://bookinghotels-bali.com/
Post a Comment